LAPORAN LENGKAP
Nama : Nurmillah Wahdaniyah
Kelas : III C
Kelompok : C2.2
Nis : 114721
Hari/Tanggal : 16 Maret 2014
Judul Penetapan : Kadar Air Pupuk ZA
Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui kadar air dari pupuk ZA
Dasar Prinsip : Sampel dipanaskan secara langsung didalam oven pada suhu 105'C. Bobot yang hilang selama pemanasan merupakan jumlah air yang terkandung dalam pupuk.
Landasan teori :
"PUPUK DAN CARA APLIKASINYA"
Pupuk didefinisikan
sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman dengan tujuan
untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal adalah
kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu. Pemakaian pupuk kimia
kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya deposit garam kalsium di Jerman
pada tahun 1839.
Dalam pemilihan pupuk
perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur hara yang dikandungnya,
serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk tersebut. Setiap kemasan
pupuk yang diberi label yang menunjukkan jenis dan unsur hara yang
dikandungnya. Kadangkala petunjuk pemakaiannya juga dicantumkan pada
kemasan.karena itu, sangat penting untuk membaca label kandungan pupuk sebelum
memutuskan untuk membelinya. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu
diketahui juga cara aplikasinya yang benar, sehingga takaran pupuk yang
diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat
pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang dikandung oleh
pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman.
A. Penggolongan Pupuk
Pupuk digolongkan
menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah
pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses
pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos
dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang
berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur
hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai
dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi.
Pupuk anorganik atau
pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu
berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi.
Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi
menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis
unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro
primer, misalnya urea hanya mengandung unsur nitrogen.
Pupuk majemuk adalah
pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini
lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur
hara dapat diberikan. Namun, dari sisi harga pupuk ini lebih mahal. Contoh
pupuk majemuk antara lain diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan
fosfor.
Menurut cara
aplikasinya, pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu pupuk daun dan pupuk
akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun tanaman. Contoh pupuk
daun adalah Gandasil B dan D, Grow More, dan Vitabloom. Pupuk akar diserap
tanaman lewat akar dengan cara penebaran di tanah. Contoh pupuk akar adalah
urea, NPK, dan Dolomit.
Menurut cara
melepaskan unsur hara, pupuk akar dibedakan menjadi dua yakni pupuk fast
release dan pupuk slow release. Jika pupuk fast release ditebarkan ke tanah
dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung langsung dapat
dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu cepat habis,
bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga menguap atau tercuci oleh
air. Yang termasuk pupuk fast release antara lain urea, ZA dan KCL.
Pupuk slow release
atau yang sering disebut dengan pupuk lepas terkendali (controlled release)
akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Dengan demikian, manfaat yang dirasakan dari satu kali
aplikasi lebih lama bila dibandingkan dengan pupuk fast release. Mekanisme ini
dapat terjadi karena unsur hara yang dikandung pupuk slow release dilindungi
secara kimiawi dan mekanis.
Perlindungan secara
mekanis berupa pembungkus bahan pupuk dengan selaput polimer atau selaput yang
mirip dengan bahan pembungkus kapsul. Contohnya, polimer coated urea dan sulfur
coated urea. Perlindungan secara kimiawi dilakukan dengan cara mencampur bahan
pupuk menggunakan zat kimia, sehingga bahan tersebut lepas secara terkendali.
Contohnya Methylin urea, Urea Formaldehide dan Isobutilidern Diurea. Pupuk
jenis ini harganya sangat mahal sehingga hanya digunakan untuk tanaman-tanaman
yang bernilai ekonomis tinggi.
B. Jenis-jenis Pupuk
1. Pupuk Sumber Nitrogen
Hampir seluruh
tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat atau amonium yang
disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi
tanaman. Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh mikroorganisme tanah,
kecuali pada tembakau dan padi. Tembakau tidak dapat mentoleransi jumlah
amonium yang tinggi. Untuk menyediakan nitrogen pada tembakau, gunakan pupuk
berbentuk nitrat (NO3-) dengan kandungan nitrogen minimal 50%. Pada padi
sawah, lebih baik gunakan pupuk berbentuk amonium (NH4+) karena pada tanah yang
tergenang, nitrogen mudah berubah menjadi gas N2. umumnya pupuk dengan kadar N
yang tinggi dapat membakar daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih
hati-hati.
a. Amonium Nitrat
Kandungan nitratnya
membuat pupuk ini cocok untuk daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini dapat
membakar tanaman jika diberikan terlalu dekat dengan akara atau langsung kontak
dengan daun. Ketersediaan bagi tanaman sangat cepat sehingga frekuensi
pemberiannya harus lebih sering. Amonium nitrat bersifat higroskopis sehingga
tidak dapat disimpan terlalu lama.
b. Amonium Sulfat
(NH4)2 SO4
Pupuk ini dikenal
dengan nama pupuk ZA. Mengandung 21% nitrogen (N) dan 26% sulfur (S), berbentuk
kristal dan kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak lambat sehingga cocok
untuk pupuk dasar. Sifat reksinya asam, sehingga tidak disarankan untuk tanah
ber-pH rendah. Selain itu, pupuk ini sangat baik untuk sumber sulfur. Lebih
disarankan dipakai didaerah panas.
c. Kalsium Nitrat
Pupuk ini berbentuk
butiran, berwarna putih, sangat cepat larut didalam air, dan sebagai sumber
kalsium yang sangat baik karena mengandung 19% kalsium Ca. sifat lainnya adalah
bereaksi basa dan higroskopis.
d. Urea (CO(NH2)2)
Pupuk urea mengandung
46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini sangat
higroskopis. Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga menguap
dalam bentuk amonia.
2. Pupuk Sumber
Fosfor
a. SP36
Mengandung 36% fosfor
dalam bentuk P2O5.pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk
butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut dalam air dan bereaksi
lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong
netral, tidak higroskopis dan bersifat membakar.
b. Amonium Phospat
Monoamonium Phospat
(MAP) memiliki analisis 11.52.0. Diamonium Phospat memiliki (DAP) analisis
16.48.0 atau 18.46.0. pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan
awal tanaman (styarter fertillizer). Bentuknya berupa butiran berwarna cokelat
kekuningan. Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut di dalam air. Sifat
lainnya adalah tidak higroskopis sehingga tahan disimpan lebih lama dan tidak
bersifat membakar karena indeks garamnya rendah.
3. Pupuk Sumber
Kalium
a. Kalium Chlorida
(KCl)
Mengandung 45% K2O
dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat higroskopis. Khlor berpengaruh
negatif terhadap tanaman yang membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan
tembakau.
b. Kalium Sulfat
(K2SO4)
Pupuk ini lebih
dikenal dengan nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%. Bentuknya berupa tepung
putih yang larut didalam air, sifatnya agak mengasamkan tanah. Dapat digunakan
untuk pupuk dasar sesudah tanam. Tanaman yang peka terhadap keracunan unsur Cl,
seperti tembakau disarankan untuk menggunakan pupuk ini.
c. Kalium Nitrat
(KNO3)
Mengandung 13% N dan
44% K2O. berbentuk butiran berwarna putih yang tidak bersifat higroskopis
dengan reaksi yang netral.
4. Pupuk Sumber Unsur
Hara Sekunder
a. Kapur Dolomit
Berbentuk bubuk
berwarna putih kekuningan. Dikenal sebagai bahan untuk menaikkan pH tanah.
Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup baik. Kelarutannya agak
rendah dan kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butiran. Semakin halus
butirannya akan semakin baik kualitasnya.
b. Kapur Kalsit
Berfungsi untuk
meningkatkan pH tanah. Dikenal sebagai kapur pertanian yang berbentuk bubuk.
Warnanya putih dan butirannya halus. Pupuk ini mengandung 90-99% Ca. Bersifat
lebih cepat larut dalam air.
c. Paten Kali (Kalium
Magnesium Sulfat)
Berbentuk butiran
berwarna kuning. Mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12% MgO. Sifatnya agak sukar
larut dalam air. Selain untuk memperbaiki defisiensi Mg, pupuk ini juga
bermanfaat untuk memperbaiki kejenuhan basa pada tanah asam.
d. Kapur Gypsum
Berbentuk bubuk dan
berwarna putih. Mengandung 39% Ca, 53% S dan sedikit Mg. Ditebarkan dalam
sekali aplikasi. Jika terkena air, gypsum yang ditebarkan akan menggumpal dan
mengeras seperti tanah liat (cake). Gypsum digunakan untuk menetralisir tanah
yang terganggu karena kadar garam yang tinggi, misalnya pada tanah di daerah
pantai. Aplikasi gypsum tidak banyak berpengaruh pada perubahan pH tanah.
e. Bubuk Belerang
(Elemental Sulfur)
Umumnya, sulfor
disuplai dalam bentuk sulfat yang terdapat pada berbagai jenis pupuk. Kandungan
sulfat tersebut tidak berpengaruh dalam penurunan pH tanah. Selain terdapat
dalam berbagai jenis pupuk, bubuk belerang adalah sumber sulfur yang terbesar,
kandungannya dapat mencapai 909%. Namun, bubuk ini tidak lazim digunakan untuk
mengatasi masalah defisiensi sulfur, tetapi tidak lebih banyak digunakan untuk
menurunkan pH tanah. Penggunaannya tidak boleh melebihi 25 gram/m2, karena
bubuk sulfur dapat mengakibatkan gejala terbakarnya daun tanaman (burning
effect).
5. Pupuk Sumber Unsur
Hara Mikro
Saat ini kebutuhan
pupuk mikro sudah mulai terasa di Indonesia. Beberapa hasil penelitian
melaporkan bahwa tanaman padi sawah dan teh di beberapa daerah di Jawa sudah
memulai membutuhkan tambahan Zn dari pupuk.
Pupuk sebagai unsur
hara mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk garam anorganik dan bentuk
organik sintesis. Kedua bentuk ini mudah larut dalam air. Contoh pupuk mikro
yang berbentuk garam organik adalah Cu, Fe, Zn dan Mn yang seluruhnya bergabung
dengan sulfat. Sebagai sumber boron, umumnya digunakan sodium tetra borat yang
banyak digunakan sebagai pupuk daun. Sumber Mo umumnya menggunakan sodium atau
amonium molibdat.
Bentuk organik
sintesis ditandai dengan adanya agen pengikat unsur logam yang disebut chelat.
Chelat adalah bahan kimia organik yang dapat mengikat ion logam seperti yang dilakukan
oleh koloid tanah. Unsur hara mikro yang tersedia dalam bentuk chelat adalah
Fe, Mn, Cu, dan Zn.
Selain disediakan
oleh kedua jenis pupuk diatas, unsur hara mikro juga disediakan oleh pupuk
majemuk yang beredar di pasaran. Pupuk slow release dan pupuk daun biasanya
dilengkapi dengan satu atau lebih unsur mikro.
a. Pupuk Majemuk
Pemakaian pupuk
majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk, kualitas dan analisis telah
tersedia di pasaran.kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih
karena kandungan haranya lebih lengkap. Pupuk majemuk berkualitas prima
memiliki besaran butiran yang seragam dan tidak terlalu higroskopis, sehingga
tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. Hampir semua pupuk majemuk bereaksi
asam, kecuali yang telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca
dan Mg.
Variasi analisis
pupuk mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian, perbedaan variasinya bisa jadi
sangat kecil, misalnya antara NPK 15.15.15 dan NPK 16.16.16. Variasi analisis
pupuk, seperti 15.15.15, 16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan ketersediaaan unsur
hara yang seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini
antara lain untuk mempercepat perkembangan bibit; sebagai pupuk pada awal
peneneman; dan sebagai puk susulan saat tanaman memasuki fase generatif,
seperti saat mulai berbunga.
Dalam memilih pupuk
majemuk perlu dipertimbangkan beberapa faktor, antara lain kandungan unsur hara
yang tinggi, kandungan unsur hara mikro dan harga perkilogramnya.contoh cara
mempertimbangkan pemilihan pupuk majemuk, variasi analisis pupuk NPK 20.20.20
memiliki kandungan hara yang lebih tinggi daripada NPK 15.15.15, tetapi
sifatnya sangat higroskopis sehingga mudah sekali menggumpal. Karena itu,
variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak dipilih karena bagian yang
menggumpal tidak dapat digunakan.
b. Pupuk Daun
Daun memiliki mulut
yang dukenal dengan nama stomata. Sebagian besar stomata terletak di bagian
bawah daun. Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman
sehingga air dari akar dapat sampai daun. Saat suhu udara terlalu panas,
stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan.
Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka sehingga air
yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan daun. Dengan sendirinya
unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan
daun.
Sebenarnya, kandungan
unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk
majemuk. Bahkan pupuk daun sering lebih lengkap karena ditambah oleh beberapa
unsur mikro. Pemilihan analisis yang tepat pada pupuk daun perlu
mempertimbangkan beberapa faktor yang sama dengan analisis pada pupuk majemuk.
Hanya saja, faktor sifat fisik dan kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama.
Sebagai faktor utamanya adalah manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh
pupuk daun bagi perkembangan tanaman dan peningkatan hasil panen.
Pupuk daun berbentuk
serbuk dan cair. Kualitasnya dianggap baik jika mudah larut di dalam air tanpa
menyisakan endapan. Karena mudah larut dalam air, sifat pupuk daun menjadi
sangat higroskopis. Akibatnya tidak dapat disimpan terlalu lama jika kemasannya
telah dibuka.
Kentungan menggunakan
pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan
oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman,
dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar. Dalam pemakaian pupuk daun
dikenal istilah konsentrasi pupuk atau kepekatan larutan pupuk. Besarnya
konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang harus dilarutkan
kedalam satuan volume air. Penentuan volume air dapat diketahui dengan membaca
skala pada alat semprot. Angka konsentrasi ini sering dicantumkan p[ada kemasan
pupuk. Jika konsentrasi pupuk yang digunakan melebihi konsentrasi yang
disarankan, daun akan terbakar.
Penyemprotan pupuk
daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore hari karena bertepatan pada
saat membukanya stomata. Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun
karena paling banyak terdapat stomata. Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam
penyemprotan pupuk daun. Dua jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena
hujan karena akan mengurangi efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan
menyemprotkan pupuk daun pada saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi
larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar.
Contoh pupuk daun yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14.12.14
dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn.
c. Pupuk Organik
Kandungan unsur hara
yang terdapat di dalam pupuk organik jauh lebih kecil daripada yang sempat di
dalam pupuk buatan. Cara aplikasinya juga lebih sulit karena pupuk organik
dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar daripada pupuk kimia dan tenaga kerja
yang diperlukan juga lebih banyak. Namun, hingga sekarang pupuk organik tetap
digunakan karena fungsinya belum tergantikan oleh pupuk buatan. Berikut ini
beberapa manfaat dari pupuk organik.
Mampu menyediakan
unsur hara makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang jauh lebih kecil.
Memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.
Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah.
Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan pH tanah.
Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air.
Memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.
Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah.
Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan pH tanah.
Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air.
- Jenis pupuk organik yang banyak dikenal sebagai berikut:
- Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah
pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak. Kualitas pupuk kandang sangat
tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak, dan cara penampungan pupuk
kandang.
Pupuk kandang dari
ayam atau unggas memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak
lain. Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran
cairnya. Umumnya, kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada
kotoran padat.seperti kompos, sebelum digunakan, pupuk kandang perlu mengalami
proses penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan
oleh C/N rasio.
Dalam dunia pupuk
kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk
kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas.
Pupuk dingin terjadi sebaliknya, C/N yang tinggi menyebabkan pupuk kandang
terurai lebih lama dan tidak menimbulkan panas.
Ciri-ciri pupuk
kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yaitu
berwarna cokelat kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal, dan tidak berbau
menyengat. Ciri kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah
tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil.
- Kompos
Kompos adalah kasil
pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme
pengurai. Kualitas kompos ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah
karbon dan nitrogen (C/N ratio).
Jika C/N rasio
tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan
kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibanding
dengan C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio
antara 12-15.
Bahan kompos seperti
sekam, jerami padi, batang jagung dan serbuk gergaji memiliki C/N rasio antara
50-100. daun segar memiliki C/N rasio sekitar 10-20. Proses pembuatan kompos
akan menurunkan C/N rasio hingga 12-15. sampai dengan proses penguraian
sempurna, tanaman akan bersaing dengan mikroorganisme tanah untuk memperebutkan
unsur hara. Karena itu disarankan untuk menambah pupuk buatan apabila bahan
kompos yang belum terurai sempurna terpaksa digunakan.
Kandungan unsur hara
dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari jenis bahan asal yang digunakan
dan cara pembuatan kompos. Kandungan unsur hara kompos sebagai berikut.
- Nitrogen 0,1 – 0,6%
- Fosfor 0,1 – 0,4%
- Kalium 0,8 – 1,5%
- Kalsium 0,8 – 1,5%
Ciri fisik kompos
yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur dan bahan
pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Penggunaan dosis tertentu pada pupuk
kompos lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah
daripada untuk menyediakan unsur hara.
- Mikroba Penyubur
Tanah
Kemajuan ilmu
mikrobiologi tanah berhasil memperbanyak mikroba tanah yang bermanfaat dan
mengemasnya sebagai pupuk cair. Mikroba yang telah dikemas ini kemudian
disemprotkan ke tanah hingga berkembang biak dan memberi dampak positif bagi
kesuburan tanah.
Jenis bakteri dan
jamur yang biasa digunakan diantaranya Rhizobium, Lactobacillus, Streptomyces,
Micoriza, dan Aspergillus. Jenis dan fungsi mikroba sangat beragam, cara
penggunaanpun berbeda-beda. Karena itu sebaiknya baca petunjuk pada label atau
brosur dengan seksamasebelum menggunakannya.
Mikroba juga membutuhkan
waktu untuk berkembang biak sehingga hasil aplikasi mikroba penyubur tanah
tidak langsung terlihat pada tanaman. Jumlah mikroba yang telah disemprotkan
pun sangat mungkin akan berkurang karena faktor cuaca. Aplikasi mikroba
sebaiknya dilaksanakan secara rutin setiap dua minggu sekali. Alat semprot yang
digunakan sebaiknya bukan yang biasa dipakai untuk menyemprot pestisida, karena
pestisida akan mematikan mikroba. Selain itu, tidak disarankan menyemprotkan
pestisida terutama fungisida pada tanah yang telah diaplikasi mikroba.
C. Cara Aplikasi
1. Cara Aplikasi
Pupuk Kimia
a. Larikan
Caranya, buat parit
kecil disamping barisan tanaman sedalam 6-10 cm. Tempatkan pupuk di dalam
larikan tersebut, kemudian tutup kembali. Cara ini dapat dilakukan pada satu
atau kedua sisi baris tanaman. Pada jenis pepohonan, larikan dapat dibuat
melingkar di sekeliling pohon dengan jari-jari 0,5-1 kali jari-jari tajuk.
Pupuk yang tidak mudah menguap dapat langsung ditempatkan di atas tanah.
Setelah itu, larikan
tidak perlu ditutup kembali dengan tanah. Hindari membuat larikan hanya pada
salah satu sisi baris tanam karena menyebabkan perkembangan akar tidak
seimbang. Karena itu, aplikasi pupuk kedua harus ditempatkan pada sisi yang
belum mendapatkan pupuk (bergantian). Biasanya cara ini dilakukan untuk
memberikan pupuk susulan. Tanaman dengan pertumbuhan cepat dan perakaran yang
terbatas disarankan untuk menggunakan cara larikan.
b. Penebaran Secara
Merata di Atas Permukaan Tanah
Cara ini biasanya
dilakukan sebelum penanaman. Setelah penebaran pupuk, lanjutkan dengan
pengolahan tanah, seperti pada aplikasi kapur dan pupuk organik. Cara ini
menyebabkan distribusi unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akarpun
lebih seimbang. Tidak disarankan untuk menebar pupuk urea karena sangat mudah
menguap.
c. Pop Up
Caranya, pupuk
dimasukkan ke lubang tanam pada saat penanaman benih atau bibit. Pupuk yang
digunakan harus memiliki indeks garam yang rendah agar tidak merusak benih atau
biji. Cara ini lazim menggunakan pupuk jenis SP36, pupuk organik, atau pupuk
slow release.
d. Penugalan
Caranya, tempatkan
pupuk ke dalam lubang di samping tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang tersebut
dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali
lubang dengan tanah untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan
disamping kiri dan samping kanan baris tanaman atau sekeliling pohon. Jenis
pupuk yang dapat diaplikasikan dengan cara ini adalah pupuk slow release dan
pupuk tablet.
e. Fertigasi
Pupuk dilarutkan
dalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi. Lazimnya, cara ini
dilakukan untuk tanaman yang pengairannya menggunakan sistem sprinkle. Cara ini
telah banyak diterapkan pada pembibitan tanaman Hutan Tanaman Industri (HTI),
lapangan golf, atau nursery tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Lewat cara
ini, akurasi dan penyerapan pupuk oleh akar dapat lebih tinggi.
Pada pertanian
intensif pemupukan sering dilakukan berkali-kali sehingga beberapa cara diatas
dapat dilakukan bersama-sama dalam satu musim tanam.
2. Cara Aplikasi
Pupuk Organik
Tanah berpasir, bekas
pertambangan, tanah tererosi, atau tanah sangat padat yang mudah retak pada
musim kemarau, sebaiknya diberi pupuk organik dalam jumlah besar sebelum
digunakan untuk bercocok tanam. Setelah diberi pupuk organik, dilanjutkan
dengan pengolahan tanah. Kedua perlakuan tersebut dilakukan supaya sifat fisik
tanah membaik dan pemakaian pupuk kimia menjadi lebih efisien.
Kebutuhan dosis pupuk
organik yang sangat besar seringkali menyulitkan proses penebarannya. Namun,
sekarang telah dipasarkan pupuk organik yang dipadatkan dalam bentuk pelet atau
konsentrat. Pupuk organik dalam bentuk tersebut lebih mudah diaplikasikan dan
dosis yang diperlukan menjadi lebih kecil. Pupuk organik seperti ini
diantaranya dipasarkan dengan merk dagang Ostindo, OCF, dan Green Pride.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam aplikasi pupuk organik adalah sebagai berikut.
- penebaran pupuk
organik sebaiknya diikuti dengan pengolahan tanah seperti pembajakan atau
penggemburan tanah agar pupuk organik dapat mencapai lapisan tanah yang lebih
dalam.
- Pemberian pupuk
organik dengan dosis kecil tetapi sering lebih baik dari pada dosis banyak yang
diberikan sekaligus.
- Pada jagung, cabai,
tomat, dan beberapa jenis sayuran, pupuk organik sebaiknya ditempatkan pada
lubang tanam satu minggu sebelum bibit ditanam.
- Pada media tanam
dalam pot, perbandingan antara kompos dan tanah yang ideal adalah 1:1.
sementara itu, perbandingan pupuk kandang dan tanah yang ideal adalah 1:3.
- Jika harus
menggunakan pupuk organik yang belum terurai sempurna (rasio C/N masih tinggi)
harus diberi jeda waktu antara pemberian pupuk organik dan penanaman bibit
yakni minimal satu minggu. Hal itu dilakukan untuk menghindari dampak buruk
yang mungkin terjadi pada tanaman ketika proses penguraian pupuk organik
berlangsung.
" PUPUK ZA "
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi
tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman.
Nama ZA adalah singkatan dari istilah bahasa
Belanda, zwavelzure
ammoniak, yang berarti amonium sulfat (NH4SO4).
Wujud pupuk ini
butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini
higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion
sulfat sangat mudah larut dalam air sedangkan ion amonium lebih lemah,
pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya sehingga
hanya cocok digunakan pada tanah alkalin.
Dibandingkan pupuk lain (misal amonium nitrat), pupuk ini
mengandung lebih sedikit kadar nitrogen sehingga mampu meningkatkan biaya
pemupukan per massa nitrogen yang diberikan pada usaha pertanian.[1]
Pupuk ini bersama
dengan pupuk berbahan dasar amonia lainnya telah dilarang penggunaannya di
Pakistan dan Afghanistan karena mampu digunakan sebagai bahan pembuat bahan peledak.[2]
Alat dan Bahan :
- Neraca Digital
- Spatula
- Cawan Porselin
- Oven
- eksikator
- Pupuk ZA
Cara Kerja :
- Ditimbang 2 gram sampel pupuk ZA kedalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya
- Dipanaskan kedalam oven pada suhu 105 'C selama 3 jam
- Didinginkan kedalam eksikator dan ditimbang bobot yang hilang adalah bobot air
- Data hasil analisa dihitung
Pengamatan :
- Bobot Cawan Kosong = 24,3250 g
- Bobot Cawan + Sampel sebelum pemanasan = 26, 3214 g(A)
- Bobot Sampel sebelum pemanasan = 2,0014 g(B)
- Bobot Cawan + Sampel setelah pemanasan = 26,2103 g(C)
- Bobot Sampel Setelah Pemanasan = 0,0111 g
Perhitungan :
Kadar
Air = Bobot yang hilang ×100%
Bobot Sampel
= (A-C) ×100%
B
= (26,3214 - 26,2103)×100%
2,0014
= 0,0111 × 100%
2,0014
= 0,55%
Kesimpulan : Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kadar air dari pupuk ZA adalah 0,55%
Daftar Pustaka :